Welcome @ Anandia Yuska Blog..... Give Me Comment If You Like..... Thank You.....
ANANDIA YUSKA BLOG - KONSULTASI DOKTER SPESIALIS KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

Rabu, 18 Maret 2009

SINDROM STEVENS-JOHNSON = MALPRAKTEK ???!

Akihir-akhir ini sering kita dengar dan lihat di stasiun-stasiun Televisi kita mengenai seorang pasien yang setelah makan obat mengalami kulit diseluruh badannya “ melepuh “. Dan keadaan ini selalu dihubungkan dengan MALPRAKTEK oleh Dokter atau Tenaga Medis. Kulit yang “ melepuh “ ini, yang timbul setelah makan obat-obat tertentu, di kenal dengan istilah SINDROM STEVENS-JOHNSON. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Sindrom Steven-Johnson ini, apakah termasuk suatu Malpraktek atau bukan, coba kita perhatikan mulai dari definisi nya.

Sindrom Stevens-Johnson [ EKTODERMOSIS EROSIVA PLURIORIFISIALIS, SINDROM MUKOKUTANEA OKULAR, ERITEMA MULTIFORMIS TIPE HEBRA, ERITEMA MULTIFORME MAYOR, ERITEMA BULOSA MALIGNA ] adalah sindrom kelainan kulit berupa eritema, vesikel / bula, dapat disertai Purpura yang mengenai kulit, selaput lendir Orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari baik sampai buruk.

ETIOLOGI

Etiologi pasti Sindrom Stevens-Johnson [ SSJ ] belum diketahui pasti. Salah satu penyebabnya adalah ALERGI OBAT SECARA SISTEMIK, diantaranya oabt-obat golongan : PENISILIN dan semisintetiknya, Sterptomisin, Sulfonamida, Tetrasiklin, ANTIPIRETIK / ANALGETIK [ misalnya : derivat Salisil / Pirazolon, Metamizol, Metampiron dan Parasetamol ], Klorpromazin, Karbamazepin, Kinin, Antipirin, dan Jamu. Selain itu dapat juga disebabkan oleh INFEKSI [ Bakteri, Jamur, Parasit ], NEOPLASMA, PASCA VAKSINASI, RADIASI dan MAKANAN.

MANIFESTASI KLINIS

Sindrom ini umumnya terdapat pada anak dan dewasa, jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya bervariasi. Dari baik sampai buruk dimana kesadarannya sopor sampai koma. Berawal sebagai penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorok.

Trias Sindrom Stevens-Johnson adalah :

1. Kelainan kulit berupa eritema, vesikel dan bula yang kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Purpura dapat terjadi dan prognosisnya menjadi lebih buruk. Pada keadaan berat kelainannya generalisata.

2. Kelainan selaput lendir orifisium, yang tersering ialah pada mukosa mulut [ 100 % ], orifisium genetalia eksterna [ 50 % ], lubang hidung [ 8 % ] dan anus [ 4 % ]. Lesi awal berupa vesikel di bibir, lidah dan mukosa bukal yang kemudian pecah membentuk erosi, ekskoriasi, eksudasi, krusta kehitaman dan pembentukkan pseudomembran. Biasanya juga terjadi hipersalivasi dan lesi dapat berulserasi. Di bibir kelainan yang sering tampak ialah krusta berwarna hitam yang tebal akibat ekskoriasi. Kelainan di mukosa terdapat di faring, saluran nafas bagian atas dan esophagus. Kelainan di mulut yang hebat dan terbentuknya pesudomembran berwarna putih atau keabuan di faring dapat menyebabkan kesulitan menelan, sedangkan kelainan di saluran pernafasan bagian atas dapat menyebabkan keluhan sukar bernafas.

3. Kelainan mata [ 80 % ], yang tersering konjungtivitis kataralis. Dapat terjadi konjungtivitis purulen, perdarahan, simblefaron, ulkus kornea, iritis dan iridosiklitis.

Selain kelainan tersebut dapat terjadi kelainan lain, misalnya nefritis dan onikolisis.

KOMPLIKASI

1. Bronkopneumonia [16 % ]

2. Sepsis

3. Kehilangan cairan / darah

4. Gangguan keseimbangan elektrolit

5. Syok

6. Kebutaan karena gangguan lakrimasi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan laboratotium tidak khas. Bila terdapat eosinofilia kemungkinan karena alergi. Bila terdapat leukositosis kemungkinan penyebabnya infeksi dan dapat dilakukan kultur darah.

Bila gambaran klinis meragukan dapat dilakukan biopsy dan pemeriksaan histopatologi untuk membedakan dengan EKSANTERMA FIKSTUM MULTIPLE [ EFM ] dan NEKROLISIS EPPIDERMAL TOKSIK [ NET ].

DIAGNOSIS BANDING

EKSANTEMA FIKSTUM MULTIPLE GENERALISATA. Pada penyakit ini lesi timbul pada tempat yang sama dan biasanya tidak menyeluruh. Jika sembuh meninggalkan bercak hiperpigmentasi menetap.

NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK. Pada penyakit ini terdapat epidermolisis yang menyeluruh [ tanda NIKOLSKY POSITIF ] dan keadaan umum lebih buruk.

PENATALAKSANAAN

  1. Kortikosteroid.
  2. Antibiotika.
  3. Infuse dan Tranfusi Darah.
  4. Topical.

PROGNOSIS

Prognosis lebih buruk bila terdapat PURPURA. Penanganan yang tepat dan cepat memberikan prognosis cukup memuaskan. Pada keadaan umum buruk dan terdapat BRONKOPNEUMONIA, penyakit ini dapat mendatangkan kematian.

Dari tulisan diatas, kita bisa tarik kesimpulan, jangan terlalu gampang memutuskan apakah kelainan yang disebabkan karena proses pengobatan itu semua MALPRAKTEK. Jika semua prosedur pemeriksaan dan pengobatan sudah dilakukan, itu bukan Malpraktek !!!

Dan yang terpenting dari itu semua, reaksi obat terhadap tubuh manusia itu berbeda-beda. Misalnya, bisa saja pada satu pasien obat Parasetamol [ dikenal di masyarakat untuk mengobati DEMAM ] tidak menimbulkan ALERGI, tetapi di pasien yang lain menimbulkan alergi yang hebat yang mengakibatkan timbulnya semua gejala-gejala pada Sindrom Stevens-Johnson.

Jadi, berpikirlah bijak sebelum mengeluarkan pendapat di muka umum.....

3 komentar:

  1. Kata-kata di baris terakhirnya, bijak banget. Memang hrs sprti itu, berfikirlah sebelum bertindak.

    BalasHapus
  2. Steven johnsen adalah reaksi tubuh seseorang thd Zat2 yg masuk dalam tubuh( alergi)tapi alergi itu relatif sifatnya pd tiap individu....jadi steven johnson bukan malpraktek

    BalasHapus